TEORI KEPERAWATAN
MADELEINE LEININGER
DI SUSUN
OLEH
BERGITA RENGIL
JULINDA LANGER
SEKAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
HUSADA JOMBANG
2020
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konsptual merupakan suatu cara untuk memandang , menilai
situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi
untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia
lakukan(Car et al., n.d.)
B.
Rumusan Masalah
1.
Siapa Madeleine Leininger ?
2.
Apa Teori Madeleine Leininger ?
C.
Tujuan
1.
Memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan
2.
Mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami tentang Teori Dan Model Keperawatan Menurut Madeleine Leininger.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Madeleine Leininger
Madeleine Leininger lahir pada tanggal 13 juli 1925 di Sutton,
Nebraska, Amerika Serikat. ?eliau adalah seorang ahli teori kepera!atan
perintis, yang pertama kali mun#ul pada tahun 1961. kontribusinya untuk teori
kepera!atan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia
mengembangkan konsep kepera!atan transkultural, memba!a peran(Leininger, n.d.)
B.
Teori dan model konsep
keperawatan Transkultural
1.
Pengertian teori Transkultural
Teori ini berasal
dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan
nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock
Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural
Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari
teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan
Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
2.
Konsep dalam Transkultural
Nursing
a.
Budaya adalah norma atau aturan
tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b.
Nilai budaya adalah keinginan individu
atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan
pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
c.
Perbedaan budaya Dalam asuhan
keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu
pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d.
Etnosentris, diantara
budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
e.
Etnis, berkaitan dengan manusia
dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan
kebiasaan yang lazim.
f.
Ras adalah perbedaan
macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
g.
Etnografi, adalah ilmu yang
mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h.
Care, adalah fenomena yang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu,
keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i.
Caring, adalah tindakan langsung
yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga
atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j.
Cultural Care, berkenaan dengan
kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang
digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga
atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k.
Culturtal imposition, berkenaan
dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan
nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
3.
Paradigma Transkultural Nursing
Leininger
(1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu
:
a.
Manusia
Manusia adalah
individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia
berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b.
Sehat
Kesehatan adalah
keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan
perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).
c.
Lingkungan
Lingkungan
didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang
hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang
berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d.
Keperawatan
Asuhan keperawatan
adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
Strategi I,
Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
Strategi II,
Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan
implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani
yang.
Strategi III,
Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi
budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
4.
Proses keperawatan
Transkultural.
Model konseptual
yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam
konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti
yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan
ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
a.
Pengkajian
Pengkajian adalah
proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai
dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
Faktor agama dan
falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu
simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
Faktor sosial dan
keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap
ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat
tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.
Nilai-nilai budaya
dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya
adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor
ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.
Faktor kebijakan dan
peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle,
1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
Faktor ekonomi
(economical factors
Klien yang dirawat
di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
Faktor pendidikan
(educational factors)
tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
b.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah
atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger
and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
1.
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur,
2.
Gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan
3.
Ketidakpatuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
c.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan
pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada
tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
1.
Mempertahankan budaya yang
dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
2.
Mengakomodasi budaya klien bila
budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
3.
Merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
d.
Evaluasi
Evaluasi asuhan
keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
klien.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Teori
Transkultural dari Leininger
1.
Kelebihan :
a.
Teori ini bersifat komprehensif
dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian
asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
b.
Teori ini sangat berguna pada
setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori
lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
c.
Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang
akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
d.
teori transcultural dapat
membantu perawat untuk membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan.
e.
Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
2.
Kelemahan :
a.
Teori transcultural bersifat
sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai
macam konseptual model lainnya.
b.
Teori transcultural ini tidak
mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan sehingga
perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti
tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai
kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan
faktor-faktor pendidikan.
Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan
sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada
setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam
masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek
struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan
antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang
dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari
idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan.
Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung.
Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika
latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
B.
SaraN
a.
Penerapan teori Leinienger
diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu antropologi agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik.
b.
Pelaksanaan teori leininger
memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait seperti
teori adaptasi, self care, dll
DAFTAR PUSTAKA
Car, E., Bab, I., &
Belakang, A. L. (n.d.). AW A T AN MADELEINE MADELEIN E LEININGER LEINING ER
” CULTURE ” CUL TURE CARE ".
Leininger, M. (n.d.). Biografi
Dr. Dr . Madeleine Leininger.
.
No comments:
Post a Comment